Seperti apa puncak dari sebuah puncak? Definisinya bisa berarti memiliki motor langka Ducati Panigale V4R, dan menaklukkan sendiri sang “beast” di jalanan Indonesia.
Beast? Yes. Seperti sudah banyak dibahas, ia menjadi semacam versi legal jalan raya dari tunggangan tim MotoGP Ducati. Mesinnya serupa, dengan bore & stroke 81,0 mm x 48,4 mm berdaya 221 hp pada 15.250 rpm dan garis merah di 16.500 rpm.
Tampangnya juga makin gahar dengan sayap-sayap spoiler di depan–yang menurut informasi satu set-nya dibanderol Rp 26 juta. Ini bukan soal harga, tapi soal kualitas. Kualitas puncak tepatnya.
Dengan suara khas gemerincing kopling kering, Panigale V4R yang minim selip tarikan memakai sasis material aluminium sehingga makin memudahkannya melesat ketika gas dipuntir.
Terkesan gahar di luar, baik tampilan maupun suara. Namun, ia cukup ramah dikendarai. Nah, jika bicara mengendarainya, maka tempat yang tepat adalah Sirkuit Sentul.
Bro Ron merasakan sendiri bagaimana tarikan dari Si Beast. Misalnya saja, dengan setelan di riding mode dan power mode, semburan daya memang akan terasa, tetapi sudah disetel agar menurut.
“Semburan tenaga terasa sesudah buka gas, tidak ngagetin saat buka,” ujarnya usai menggeber motor ini di Sentul, Sabtu (30/8/2020).
Keramahan lainnya, misalnya saja, tanpa tarik kopling, perpindahan gigi stabil tidak ada hentakan. Bahkan shift up tanpa tarik handel kopling, rasanya tetap mulus. Saat shift down dalam kondisi tetap tarik gas pun hasilnya demikian.
Keramahan lain yang juga disuguhkan adalah dijejalinya ia dengan sederet kemudahan pendukung aspek keselamatan.
Misalnya, Bosch Cornering ABS EVO untuk pengendalian saat belok, Ducati Traction Control (DTC) EVO 2 untuk mencegah tarikan tiba-tiba tadi,
Ada pula Ducati Wheelie Control (DWC) EVO, Ducati Slide Control (DSC), Engine Brake Control (EBC) EVO.
Intinya, semua ini membuat rider sadar bahwa kekhawatiran terpeleset akan sangat terminimalkan.
“Mengenai handling, setting suspensi bawaan pabrik terlalu empuk, jadinya goyang saat bawa ke sirkuit. Harus setting sesuai bobot rider. Tetapi flick di S kecil rasanya ringan seperti mocil (motor kecil),” tambah Bro Ron.
Dijual Rp 2,5 miliar off the road, motor yang diimpor hasil kolaborasi DuniaMotor dan Emotorsport ini akhirnya memang menjadi The Beast yang mudah untuk ditaklukkan. Gahar di luar memang–layaknya buaya, tapi serba tenang saat naik di atasnya.
DUNIAMOTOR
Jakarta Garden City,
Ruko The Avenue No 8055
Cakung, Jakarta Timur
Selain karena bentuk dan sederet keunikan teknologinya, interkom helm SENA yang merupakan brand alat komunikasi tanpa pulsa ini punya banyak pilihan. Tak ayal, bingung mau pilih yang mana.
Bro Ron dari DuniaMotor.com sebagai distributor produk tersebut membahas opsi Sena dari yang paling rendah harga atau low price sampai premium, bahkan ada yang disertai action camera.
“Cara memilih interkom yang tepat adalah yang sesuai kebutuhan kamu. Ada pula yang menyandarkan pada selera sehingga pada akhirnya ada rider yang ingin biasa-biasa saja, ada yang ingin komplet,” ujarnya.
Ia membahas satu per satu supaya rider punya gambaran mau memilih yang mana. Yang pertama adalah PARANI M10 yang dibanderol Rp 899.000.
“Parani bisa dibilang Sena tetapi juga bukan Sena. Kenapa? Namanya adalah Parani, tetapi dibuat oleh Sena. Sena menyasar pasar low. Unit ini bisa terhubung 4 rider total, dan bisa full duplex alias bisa bicara bergantian dan berlaku secara bersamaan. Jadi bisa riding seru-seruan,” ujarnya mengenai produk yang terbilang simpel dan belum sekompleks Sena dengan dukungan fungsi fitur bersamaan audiomultitasking.
Di atas Parani, yakni Parani M10, ada SENA 3S (Rp 1.200.000). Model ini simpel dan tersembunyi dengan daya pakai baterai 8 jam, dan bisa terkoneksi 2 rider. Jarak hanya 200 meter, tetapi ada opsi tambahan +Mesh. Ini cukup menjadikannya berbeda secara kemampuan dibanding dengan Parani.
Sena 3S punya tiga tipe dengan perbedaan mikrofon, yakni 3S-B dengan mikrofon batang, 3S-W dengan mikrofon kabel untuk helm full face, dan 3S-WB dengan mikrofon batang-kabel yang cocok untuk helm modular.
Di atas Sena 3S ada SMH5 yang tanpa radio FM dengan harga Rp 1.700.000 dan Sena SMH5-FM (Rp 2.000.000). SMH5 punya Interkom Bluetooth 3.0 dengan daya baterai 7-8 jam, dan total pemakai dua rider untuk fungsi ngobrol secara bersamaan, atau two-way intercom. Akan tetapi, ia bisa koneksi dengan tiga interkom lainnya.
Di atasnya ada SF2 (Rp 2.400.000) Model satu ini minimalis dengan Bluetooth 4.1. Bentuknya tipis sehingga memenuhi selera penyuka unit interkom simpel yang pipih. Unit ini dibuatkan aplikasi khusus oleh Sena dengan berbagai kebutuhan operasional fungsi yang bisa diterapkan melalui smartphone. Versi lebih canggihnya adalah SF4 karena bisa komunikasi grup.
Bicara harga SF2, Sena juga baru saja punya pilihan lain dengan audio HD. Sena 5S sendiri merupakan model baru dari Sena sekaligus model penerus dari SMH5. Secara bentuk, ia menjadi pembeda dibanding SF2.
Sena 5S sendiri buat penyuka bentuk besar dengan layar LCD. Two-way intercom dengan Bluetooth terbaru 5.0. Ia mirip dengan Sena 50S secara audio karena memiliki speaker HD dan equilizer dengan pilihan Treble Boost, Mid Boost, dan Bass Boost.
Lanjut berikutnya, ada 20S Evo (Rp 3.900.000). Bisa terhubung hingga 8 rider melalui Bluetooth intercom yang aktivasinya bisa dilakukan melalui aplikasi ponsel Sena Utility. Jadi setelah pairing satu sama lain, maka kita bisa mengumpulkan delapan rider mana saja yang tergabung melalui aplikasi tersebut.
“Bisa dipakai 10 jam. Di kalangan bikers Indonesia, banyak dari mereka yang memakai model ini,” tambahnya.
Di level Sena dengan kemampuan bukan hanya Bluetooth Intercom, tetapi juga Mesh, ada 30K, 50S, dan 50R.
Sena 30K (Rp 4.400.000) dilengkapi Mesh yang merupakan jalur komunikasi yang jika terputus, maka kita cukup berada dalam jarak jangkuan untuk tersambung lagi secara otomatis.
Cara terhubung sesama Mesh juga mudah karena tidak perlu sistem pairing tetapi cukup menekan tombol dan satu sama lain akan terhubung dalam jumlah banyak. Unit juga memiliki radio FM, daya pakai lebih lama.
Lalu 50S (Rp 4.900.000) keluar di tahun 2020 dan paling premium. Memiliki Mesh, Advanced Noise Control, Audio Multitasking yang memungkian semua fungsi suara didengarkan bersamaan secara bergantian, dari musik, interkom, GPS. Warnanya beda, dengan speaker HD.
“Equilizer juga tersedia dan bisa diatur melalui aplikasi. Unit ini menjadi yang terlaris di tengah uniknya pasar Indonesia sebagai penyuka produk baru premium,” tambah Bro Ron.
Bicara Mesh, Sena sendiri menyediakan pula alat tambahan +Mesh. Seperti sudah disinggung pada Sena 3S sebagai Sena termurah, Mesh sendiri hanya dimiliki 30K dan 50S atau 50R. Nah, Sena +Mesh sebagai alat tambahan diperuntukkan bagi pengguna Sena yang belum memiliki Mesh. Misalnya 3S yang dihubungkan ke +Mesh (melalui Bluetooth) sehingga unit tersebut memiliki kemampuan Mesh. Dengan demikian, jangkauan 3S pun menjadi lebih jauh dan luas.
Dua pilihan lainnya adalah Sena yang menggabungkan interkom dengan action camera. Ada 10C Pro (Rp 4.900.000). Interkom Bluetooth bisa dihubungkan hingga 4 rider. Soal kamera, maksimum resolusi 2K dengan kemampuan memakai kartu memori hingga 64GB.
Berbagai pilihan resolusi rekam video tersedia, termasuk 1080p dengan 60 fps sehingga pengeditan lebih ringan yang cocok untuk kebutuhan socmed, baik Instagram maupun YouTube. Unit disertai Smart Audio Mix yang memungkinkan musik/audio yang diputar ikut terekam ke video.
Di paling atasnya adalah 10C Evo (Rp 5.900.000). Kemampuan merekam 4K hingga 128GB. Berbagai pilihan tersedia termasuk 1080p dengan 60 fps sehingga pengeditan lebih ringan yang cocok untuk kebutuhan socmed baik Instagram maupun YouTube. Seperti juga 10C Pro, unit disertai Smart Audio Mix yang memungkinkan musik/audio yang diputar ikut terekam ke video.
“Semua produk Sena kami garansi 2 tahun ganti baru, sedangkan Parani 1 tahun ganti baru. Jika ada error di firmware, tidak mau charging, maka kita cek permasalahan, dan klaim penggantian baru jika diperlukan. Kami tidak memiliki service center, dan yang ada adalah claim center penggantian unit baru,” tambah Bro Ron.
Jadi, sudah punya pilihan Sena yang cocok kan?
DUNIAMOTORCOM
Jakarta Garden City
Rukan Avenue #8055
Cakung, Jakarta Timur
13910
Musim naik sepeda makin greget dengan adanya helm yang bisa dipakai komunikasi interkom dan terhubung audio smartphone.
Ada Sena R1 dan Sena R1 Evo. Dua pilihan helm kini tersedia dan mungkin bikin bingung. Enaknya pilih yang mana ya?
Nah di sini, DuniaMotor.com mengulas mengenai perbandingan helm sepeda interkom Mesh yang baru launching di pertengahan 2020–yakni Sena R1 Evo—dengan helm sepeda interkom Bluetooth, Sena R1.
Luncur di tengah masa pandemi Corona manakala orang mengisi kegiatan dengan bersepeda, Sena R1 Evo hadir dengan keunggulan sistem komunikasi interkom jalur Mesh.
Keuntungan Mesh? Kita bisa koneksi ke goweser lain tanpa batas. Jadi jika seorang goweser terkoneksi ke teman lain dengan helm yang sama, hingga jumlah total 20-30 pengguna.
Bagaimana dengan R1? Helm ini menggunakan jalur komunikasi interkom via Bluetooth.
Bicara perangkat komunikasi, R1 maupun R1 Evo sebagai sesama helm sepeda interkom memiliki mikrofon di dekat dahi dan speaker di atas telinga kanan dan kiri.
Walaupun posisi mikrofon dan speaker berada di atas, suara tetaplah terucap jernih. Begitu juga dengan suara yang terdengar dari speakernya.
Apalagi, Sena R1 dan Sena R1 Evo sudah memiliki teknologi Advanced Noise Reduction. Dengannya, suara-suara di latar belakang tidak akan terdengar.
Sena R1 sendiri bisa terkoneksi sampai ke 2 smartphone atau HP dan bisa interkom dengan 4 goweser lain. Kita juga bisa mengontrol musik di HP dari tombol-tombol yang tersedia.
Sementara itu, R1 Evo yang harganya selisih Rp 1 juta saja sudah mendapatkan tudung topi atau visor (visor dijual terpisah bagi pengguna Sena R1), dan juga interkom, yang seperti sudah dibahas di atas, sudah bukan Bluetooth intercom, melainkan Mesh intercom.
Lucunya, helm interkom bagaimanapun selaras dengan kebiasaan para goweser belakangan ini. Dengan adanya helm sekaligus alat komunikasi, ini juga untuk mencegah para goweser yang memiliki kebiasaan gowes dengan berjajar ke samping hanya karena ingin ngobrol satu sama lain.
Dengan R1 ataupun R1 Evo ini para goweser cukup gowes berbaris ke belakang dan dengan santai ngobrol.
Lalu ada satu keunikan lain jika kita membahas R1 Evo. Helm ini sudah memakai lampu di belakang untuk keselamatan. Tiga pilihan nyala lampu tersedia, yakni statis, dan berkedip untuk siang, dan kedip malam.
Semua nyala lampu ini selain bisa ditekan manual via tombol bisa juga dikontrol melalui aplikasi smartphone (Sena Cycling App).
Water resist juga, sebab masing-masing helm yang bisa dicharge ini punya tutup karet untuk colokan isi dayanya itu.
Hujan juga terhidar karena posisi mikrofon dan speaker aman dari posisi turunnya air hujan sebab kesemua part tersebut berada di langit-langit helm.
Warna untuk Sena R1 Evo tersedia hitam dan putih. Sementara R1 memiliki pilihan warna hitam, putih, biru, orange, dan abu-abu.
Jadi pilih yang mana, R1 Evo atau R1? Pilihan dikembalikan kepada masing-masing individu. Jika terbiasa naik sepeda sendiri atau dalam grup kecil 4 orang saja, maka R1 bisa jadi pilihan.
Namun jika kerap gowes bareng dalam jumlah banyak, maka sama-sama pakai R1 Evo pasti seru banget. Kalau kamu mau banget untuk punya, silakan kontak nomor di bawah ini.
R1
Rp 2.995.000
R1 Evo
Rp 3.995.000
DUNIAMOTOR
Jakarta Garden City,
Ruko The Avenue No 8055,
Cakung, Jakarta Timur