Mesh terkenal sebagai jaringan interkom helm motor yang cukup sekali klik, maka koneksi akan terbangun bagi siapa pun yang memiliki Mesh di saluran yang sama. Sekali klik, nyambung semua…. sebanyak mungkin rider…..
Mesh memang sesimpel itu, dan menjadi pembaruan ketika Sena memasangkannya bersamaan dengan koneksi Bluetooth, baik di seri 30K, 50S, maupun kombinasi Mesh-action cam 50C sebagai tipe tertinggi untuk saat ini.
Kini, Sena Indonesia menghadirkan Sena Spider ST1. Ini adalah interkom yang khusus menggunakan jaringan Mesh saja. Termasuk pula, fungsi untuk berpindah dari total 9 channel Mesh, dan juga grup privat Group Mesh yang muat hingga 24 rider.
Lebih simpel, harga lebih ramah rekening. Spesifikasinya pun lebih kurang sama dengan Sena 50S minus koneksi pairing Bluetooth 4-rider.
Speaker-nya sudah HD, Bluetooth 5.2 menambah kualitas terutama untuk fungsi pairing yang di Sena Spider ST1 memungkinkan untuk 2 smartphone.
Didukung fungsi suara multi-kerja (audio multi-tasking), kita bisa berkomunikasi, mendengarkan musik, atau GPS secara bergantian tanpa menyentuh tombol apa-apa.
Speakernya sendiri sudah HD sesuai tagline Sena Indonesia #semuaakanpremiumspeakerspadawaktunya dan dilengkapi pengaturan audio equalizer, yang terdiri dari Balance, lalu Bass Boost (diset di 20 Hz-250 Hz), Mid Boost (250 Hz-4 kHz), dan Treble Boost (4 kHz-20 kHz).
Fast charging juga menyertai. Cukup 20 menit charging, maka cukup untuk penggunaan Mesh selama 2 jam.
So, tampilan yang hitam, interkom langsung Mesh, speaker HD dan mini-equalizer, sumber suara kerja bergantian audio-multitasking, sudah satu paket siap pasang di helm…. Let’s welcome Sena Spider ST1.
SPESIFIKASI
Interkom Mesh sekali klik
Bluetooth 5.2
9 pilihan channel Mesh
Group Mesh 24 rider
Speaker HD
Audio equalizer
Audio multi-kerja
Fast charging
Lama charging 2,5 jam
Koneksi 2 ponsel
Suara HD telepon
Speed dial
USB type-C
Kontak DUNIAMOTORCOM Jakarta Garden City Rukan Avenue #8055 Cakung, Jakarta Timur 13910
Suzuki dikabarkan tengah berdiskusi dengan Dorna selaku penyelenggara MotoGP untuk hengkang dari balapan bergengsi tersebut.
Kenapa Suzuki keluar dari MotoGP? Pihak MotoGP sendiri menginfokan bahwa situasi ekonomi saat ini dan kebutuhan untuk memusatkan pada perubahan besar yang dihadapi dunia otomotif adalah alasannya.
Karena hal tersebut, Suzuki secara drastis mengurangi biaya terkait balap dan menggunakan semua sumber daya ekonomi dan manusianya dalam mengembangkan teknologi baru.
Lantas bagaimana dengan duo rider-nya, Joan Mir dan Alex Rins, yang sudah susah payah mengukir prestasi?
Joan Mir sang mantan Juara Dunia MotoGP, dan Alex Rins sang pemenang balapan MotoGP tiga kali, sama-sama mengaku bahwa manajer mereka masing-masing sedang dalam pembicaraan dengan kelima pabrikan MotoGP untuk mendapatkan kursi potensial tahun depan.
Salah satu tim yang mungkin menjadi rumah bagi Mir pada tahun 2023 adalah Repsol Honda (HRC). Joan Mir mengonfirmasi bahwa pembicaraan sedang berlangsung dengan HRC tentang kemungkinan perpindahan.
“Selepas di Jerez, kami secara resmi dalam status bebas. Saat ini, tentu manajer saya akan memiliki lebih banyak pekerjaan. Dia berbicara dengan Honda, dengan pabrikan yang berbeda, untuk mencoba memperbaiki masa depan saya. Tapi itu tidak mudah,” kata Joan Mir.
Juara Dunia 2020 ini membicarakan rumor yang mengaitkannya dengan tim Honda sambil mengakui bahwa kondisi saat ini sulit bagi seluruh keluarga Suzuki di MotoGP.
“Saat ini, tentu manajer saya akan memiliki lebih banyak pekerjaan. Dia berbicara dengan Honda“
“Apakah saya terburu-buru? Tidak, tidak terlalu. Jika Anda bertanya kepada setiap pembalap di paddock, mereka akan mengatakan bahwa mereka lebih suka masa depan mereka diperbaiki daripada tidak. Semua orang sama dalam hal itu,” kata dia.
Pembalap Repsol Honda saat ini, Pol Espargaro, menanggapi kabar bahwa dia sudah diberitahu akan digantikan oleh Juara Dunia 2020 tersebut pada musim depan dengan menyebut cerita itu sebagai “berita palsu”. Namun, mantan Juara Dunia Moto2 itu mengungkapkan bahwa dia sedang menjajaki beberapa opsi rencana yang potensial.
“Yang pasti, ini adalah pasar bebas. Dalam hal ini, Honda mencari pebalap, dan saya mencari motor. Mungkin kita akan mencapai kesepakatan lagi atau mungkin kita akan menempuh jalan yang berbeda. Ada tempat bebas lainnya di MotoGP. Saya seorang pebalap MotoGP, dan jika kami tidak mencapai kesepakatan dengan Honda, maka itu tidak masalah, ada tempat lain untuk dituju,” akunya.
Namun pertanyaan besarnya adalah ke mana Alex Rins akan balapan di tahun 2023? Beberapa mengaitkannya dengan Yamaha karena kesamaan antara motor Yamaha M1 dan Suzuki GSX-RR. Namun, dengan kondisi bahwa Fabio Quartararo terlihat semakin cerah, maka sang pembalap satu ini akan tetap bersama tim pabrikan Yamaha.
Di sisi lain, rekan Quartararo, Franco Morbidelli, memiliki kesepakatan 2023 dan dengan cepat meyakinkan media bahwa kontraknya ketat.
“Saya akan balapan di Yamaha tahun depan, dan kemudian kita harus melihat. Fakta bahwa ada dua pembalap kuat tanpa tim mungkin akan menciptakan ‘kekacauan’ di pasar pembalap. Namun, saya tidak melihat hal ini mempengaruhi masa depan saya dalam jangka pendek,” kata Morbidelli.
Bisakah Rins menerima kondisi lain, misalnya bergabung ke tim satelit Yamaha? Atau bisakah dia menemukan kursi kosong di Aprilia, Ducati, atau KTM? Atau bisakah dia bergabung dengan Mir untuk memperebutkan tempat di Repsol Honda?
“Saat ini, saya tidak punya apa-apa untuk tahun depan. Namun, saya memiliki manajer yang pasti akan sibuk dibanding minggu-minggu sebelumnya. Saya hanya perlu terus melakukan apa yang saya lakukan,” akunya.
Sejujurnya, kata dia, kondisi ini memberinya dorongan ekstra karena ia dan Mir memiliki motor yang tepat.
“Ini adalah paket motor terbaik yang kami miliki. Jadi, mari tunjukkan kepada mereka bahwa mereka membuat keputusan yang salah. Rencananya adalah untuk melanjutkan. Kami sedang bernegosiasi. Jika Livio (Livio Suppo, Project Leader Suzuki Ecstar) atau Sahara-san (Shinichi Sahara, manajer tim) tahu situasi ini akan terjadi, kami tidak akan memulai negosiasi itu,” kata Mir.